Trenggalekjenggelek – Jika Anda pernah melihat tanaman liar dengan bunga berbulu halus yang gampang terbawa angin, kemungkinan besar Anda sedang berhadapan dengan babadotan atau bandotan (Ageratum conyzoides), orang jawa sering menyebutnya wedusan.
Tanaman ini sering dianggap remeh karena tumbuh liar di kebun, pekarangan, bahkan di sela-sela trotoar. Namun, siapa sangka si “pengganggu” ini menyimpan potensi yang cukup mengesankan, baik dalam pengobatan tradisional maupun manfaat ekologis.
Kenalan Singkat dengan Wedusan
Wedusan memiliki ciri khas daun bergerigi dengan permukaan agak berbulu, batang hijau yang cenderung tegak, serta bunga berbentuk bulat kecil berwarna ungu kebiruan atau putih dengan mahkota berbulu halus.
Bunga ini mudah pecah dan terbawa angin, membuatnya cepat menyebar ke berbagai lokasi — makanya sering dikira gulma yang menyebalkan.
Di beberapa daerah, babadotan dikenal dengan nama yang unik, seperti wedusan (karena aromanya yang mirip kambing) atau bandotan.
Manfaat Wedusan yang Jarang Diketahui
Meski sering dipandang sebelah mata, Wedusan ternyata punya segudang manfaat:
- Antiseptik Alami Ekstrak daun wedusan mengandung senyawa antibakteri yang efektif melawan infeksi kulit. Dalam pengobatan tradisional, daun ini sering ditumbuk dan ditempelkan pada luka untuk mempercepat penyembuhan.
- Obat Demam dan Sakit Kepala Rebusan daun wedusan dipercaya dapat membantu menurunkan demam dan meredakan sakit kepala. Ini berkat kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin yang memiliki efek antipiretik.
- Pengusir Serangga Aroma khas dari wedusan ternyata tidak disukai nyamuk dan serangga lainnya. Di beberapa daerah, daun ini dibakar sebagai pengusir nyamuk alami yang ramah lingkungan.
- Pakan Ternak Darurat Meski beraroma menyengat, wedusan kadang dijadikan pakan darurat untuk kambing dan domba. Namun, penggunaannya harus hati-hati karena dalam jumlah berlebihan bisa berdampak buruk pada kesehatan hewan.
- Pengendali Erosi Sistem perakaran wedusan yang kuat menjadikannya tanaman yang efektif untuk mencegah erosi di tanah-tanah yang rentan longsor.
Potensi Risiko Tanaman Wedusan
Meski punya banyak manfaat, wedusan juga mengandung senyawa pyrrolizidine alkaloid yang jika dikonsumsi berlebihan bisa berbahaya bagi hati. Oleh karena itu, penggunaannya sebagai obat herbal sebaiknya dilakukan dengan dosis yang tepat dan di bawah pengawasan ahli.
Pada akhirnya, wedusan mengajarkan kita bahwa tidak semua yang tampak “mengganggu” itu tidak berguna. Di balik kesan gulma yang meresahkan, ternyata ada manfaat tersembunyi yang patut diapresiasi.
Jadi, lain kali Anda melihat tanaman ini tumbuh liar di halaman, jangan buru-buru mencabutnya — siapa tahu, ia sedang menyiapkan bantuan darurat untuk luka kecil Anda.
Seperti kata pepatah Jawa “Wong sing katon remeh, asring nyimpen masakeh” (Orang yang tampak sepele, sering menyimpan hal yang berharga). Nah, Wedusan ini contohnya.
Referensi
Kotta, M., & Muchtaridi, M. (2017). Review: Herban Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Sebagai Antibakteri Pada Luka Terbuka. Farmaka, 15(2), 1-7.