Trenggalekjenggelek.com – Pasar Pon Trenggalek mengalami penurunan jumlah pengunjung, menyebabkan banyak pedagang enggan membuka kios atau los mereka.
Situasi ini semakin mengkhawatirkan mengingat Pasar Pon yang didesain modern dua lantai tersebut seharusnya menjadi pusat perekonomian lokal.
Untuk mengatasi hal ini, Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskomidag) Trenggalek perlu melakukan terobosan guna menghidupkan kembali aktivitas Pasar Pon.
Langkah tersebut mendesak dilakukan, terutama menjelang bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang biasanya meningkatkan jumlah pembeli.
“Kami turun langsung ke lapangan untuk mencari solusi terbaik atas masalah ini. Terlebih, sudah sekitar tiga tahun Pasar Pon mengalami penurunan jumlah pengunjung,” ujar Sekretaris Fraksi PKB DPRD Trenggalek, Murkam.
Hasil peninjauan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama sepinya pasar adalah banyaknya kios yang tidak beroperasi.
Meskipun demikian, DPRD bersama Diskomidag berencana melakukan evaluasi dan penataan ulang guna menarik kembali minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional.
Lebih lanjut, tren belanja online yang semakin meningkat juga menjadi faktor utama menurunnya jumlah pembeli di Pasar Pon.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Trenggalek, tetapi juga di berbagai daerah lainnya. Perubahan pola konsumsi yang lebih mengutamakan kemudahan belanja daring melalui e-commerce semakin memperketat persaingan bagi pasar tradisional.
“Berdasarkan evaluasi kami, meningkatnya transaksi di pasar online menjadi tantangan besar. Karena itu, kami telah memberikan rekomendasi kepada Diskomidag agar segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini,” kata Murkam, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPRD Trenggalek.
Sebagai langkah strategis, DPRD menyarankan agar Pasar Pon mengadakan berbagai event yang dapat menarik perhatian pengunjung.
Komunitas lokal dan masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut untuk meningkatkan daya tarik pasar.
“Kami juga mengimbau agar aparatur sipil negara (ASN) lebih sering berbelanja di toko-toko lokal guna menjaga perputaran ekonomi,” tambah Murkam.
Kepala Diskomidag Trenggalek, Saniran, turut mengakui bahwa tren jual beli online menjadi tantangan bagi pasar tradisional.
Untuk beradaptasi dengan perubahan ini, Diskomidag telah mengadakan pelatihan digital marketing bagi para pedagang agar mereka mampu bersaing di era digital.
“Namun, ada faktor lain yang turut berperan, seperti kualitas sumber daya manusia (SDM), serta kuantitas dan kualitas barang dagangan. Pasar tradisional harus terus berinovasi agar tetap bertahan,” ungkap Saniran.
Dengan berbagai langkah strategis ini, diharapkan para pedagang di Pasar Pon dapat lebih kreatif dalam menghadapi persaingan dengan pasar online.
Salah satu caranya adalah dengan menawarkan produk unik dan berkualitas yang mampu menarik minat pembeli.
Jika strategi ini diterapkan secara efektif, Pasar Pon Trenggalek dapat kembali menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat.
“Sepinya pasar bukan hanya terjadi di Trenggalek, tetapi juga di banyak daerah lain. Oleh karena itu, inovasi menjadi kunci utama agar pasar offline tetap diminati,” pungkasnya. (kho/jaz)